Tuesday, April 22, 2008

Selamat Jalan Pejuang Allah


“Lakukan apapun yang Bapak anggap perlu” ujarnya pasti, “saya percaya dan saya dukung” demikian kalimat sederhana itu meneguhkan hati saya yang tengah terombang-ambing. Sebuah senyum hangat dan jabatan tangan erat membalas tatapan tajam. Lelaki muda berperawakan sedang itu lalu memeluk kuat seolah menegaskan posisinya.

Dan Allah SWT membimbing kami mengarungi badai itu dengan selamat.

Ia adalah lelaki sederhana yang memilih untuk memenuhi tugas menetap disebuah wilayah terpencil. Ia lelaki yang menghabiskan waktunya menatap ceria bulat mata anak-anak sembari mengajari mereka berucap “ a … ba … ta … tsa”. Ia juga yang menghiasi buku amalnya dengan senyum dan kecerian ibu-ibu sembari memberitahu mereka tentang amalan-amalan rasul dan perilaku pengabdian pada suami yang sangat dicintai Allah SWT, penciptanya.

Ia adalah lelaki periang yang mengajari orang tua tentang agamaNya lewat perilakunya. Ia juga yang sabar mengajak orang ramai memakmurkan masjid mereka dengan wirid, pengajian, amalan ramadhan dan qurban. Ia juga yang tak letih melangkahkan kaki menjalin silaturahmi, mengetuk pintu-pintu rumah mengajak mendatangi majelis untuk mengingat Allah.

Ia adalah lelaki rendah hati yang mengajarkan tentang kekuatan keihklasan mengabdi pada Allah dan berbakti pada guru. Ia yang pernah melewati hari-hari penuh ketidaknyamanan melawan sakit yang memaksanya meringkuk sendirian dipetak sederhana tanpa pernah mengeluh. Ia juga yang hanya datang mengetuk pintu meminta pertolongan ketika tubuhnya tak lagi mampu melawan penyakitnya. Ia juga yang tak bergeming meski ia beroleh kesempatan untuk tinggal bersama keluarga ditanah seberang yang penuh dengan kemudahan dunia.

Ia adalah seorang hamba yang istiqamah yang menutup harinya dengan keindahan. Ia juga yang tergolek tak sadarkan diri berhari-hari untuk kemudian membuka mata, melafalkan Asmaul Husna untuk beberapa saat hingga tiba baginya waktu bertemu Khaliqnya.

Ia adalah seorang rekan yang memilih jalan yang tak banyak dipilih orang untuk membuat sebuah perbedaan nyata. Ia adalah lelaki yang telah pergi dari Desa Pulau Abang untuk selamanya, meninggalkan saudara, rekan, orang tua yang menemani kesendiriannya sejak empat tahun lalu. Meninggalkan indahnya ayat-ayat Qur’an yang dilantunkan orang ramai, sebagai amal jariyahnya.

Ia adalah seorang sahabat yang telah menutup sejarahnya dalam keadaan berjuang menegakkan kalimatNya. Ia juga yang meninggalkan sebuah teladan bagi kami yang meneruskan kerja kerasnya, sembari berharap kelak Allah SWT berkenan menunggu kami diujung jalan terjal berkelok perjuangan ini, seperti yang telah Ia lakukan untuknya

Selamat jalan, wahai Muhammad Naim, wahai Pejuang Allah.

Friday, April 11, 2008

Anugerah

Seorang rekan, aktivis mahasiswa, yang karena kegigihannya berhasil memajukan sebuah desa di Lereng Merapi, menerima penghargaan dari kampusnya. Dalam acara di itu, ia mengejutkan 1000-an mahasiswa dan dosen UGM yang hadir dengan sambutan singkatnya: "bila ini adalah sebuah tindakan monumental, maka yang paling layak mendapatkan penghargaan ini adalah istri saya. Tanpanya, saya hanyalah seorang laki-laki tanpa arah di pinggiran kampus".

Dalam sejarah, dibelakang lelaki hebat selalu ditemukan wanita luar biasa. Sebut saja Khadijah r.a. Tanpa mengecilkan peran istri-istri Nabi Muhammad SAW yang lain, sosok Khadijah r.a memang luar biasa. Bila ditemukan referensinya, kita akan juga melihat peran luar biasa yang dimainkan istri para khulafaur rasyidin.

Dalam lingkup yang kami ketahui, kami bisa sebutkan Karsiti, Arsidah Gumiarti, Nurhidayah, Siti Aminah, Raidah, Mariana, Aswana Rangkuti, Nurizzahro Salim, Syapiah, Afnur Siswanti, Ummu Salamah, Elizarti, Dwi Damayanti, Isnaini, Nurul Badriyah, Siti Muyasaroh. Mereka adalah sebagian istri-istri Dai Pulau yang setia menemani suami mereka mengabdi di wilayah terpencil di hinterland.

Meski sangat jarang kami sebutkan, merekalah sosok-sosok luar biasa dibelakang kesuksesan program Pemberdayaan Desa Pantai kami selama 8 tahun terakhir. Karena memang sangat tidak mudah mendukung suami, merawat keluarga dan membesarkan buah hati didaerah dengan fasilitas yang sangat minim, justru ketika suami mereka memiliki pilihan untuk hidup lebih baik dikampung asal mereka.

Mereka melengkapi sederetan rekan: Favorita, Widyawati, Yustina, Nur Zubaidah yang karena sifat pekerjaan kami, seringkali harus menghabiskan malam, akhir pekan dan minggu bersama anda para muzakki, bersama mustahiq, masyarakat umum dan warga hinterland. Merekalah sosok luar biasa yang dengan caraNya Allah SWT mengizinkan mereka meyakinkan suami dan putra-putrinya bahwa mereka tetaplah ibu yang penyayang dan istri yang sholehah.

Dibelakang kami ada Siti Nur Khaiyah, Nadya Asamarani, Erni Sukmawati, Srianah, Handayanti, Endriana, Rini Widayati yang berteguh hati mendampingi kami, suami mereka, melakukan aktivitas yang nyaris tak menyisakan hari. Merekalah yang bersusah payah menjelaskan pada putra-putrinya mengapa kami tak seperti ayah teman-teman mereka, sembari berharap Allah SWT mengantarkan kami selamat didepan pintu rumah mereka ditengah hening malam.

Sungguh, tak akan jadi seperti ini perjuangan kami tanpa kehadiran mereka. Mereka adalah anugerah luar biasa yang Allah SWT berikan pada umat ini. Maka, sebagai balasan, kami hanya ingin selalu khusyu berdoa : semoga Allah SWT muliakan mereka dengan apa yang telah Ia muliakan istri para mujahid Badar.